Dalam
Islam, yang wajib harus lebih didahulukan daripada yang sunnah. Jika
ada dua kewajiban, maka yang paling berat wajibnya yang didahulukan.
Dalam hal puasa setelah bulan Ramadhan, seharusnya yang dilakukan adalah
meng-qadha’ puasa Ramadhan terlebih dahulu daripada puasa sunnah bulan
syawal. Jika kita mendahulukan puasa Syawal yang enam hari itu, selain
tidak tepat dan rawan lupa, puasa Syawal sebelum qadha’ puasa Ramadhan
membuat seseorang tidak mendapatkan keutamaan puasa 6 hari di bulan
Syawal seperti yang disebutkan dalam hadits berikut, yang artinya:
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh” HR. Muslim no. 1164
Hadits
tersebut diartikan oleh para ulama bahwa untuk mendapatkan keutamaan
puasa setahun penuh, puasa Ramadhan harus dirampungkan secara sempurna,
baru kemudian diikuti puasa enam hari di bulan syawal. Selain itu qadha’
puasa Ramadhan berkaitan dengan dzimmah, sedangkan puasa Syawal tidak
ada dzimmah di dalamnya dan orang tidak mengetahui apakah masih ada
waktu untuk menjalankan puasa tersebut setelah puasa Syawal. Bisa saja
sebelum qadha’ dia sudah dipanggil oleh Allah alias meninggal dunia,
maka ia meninggal dalam keadaan memiliki tanggungan puasa Ramadhan.
Mengingat hal ini, maka lebih baik mendahulukan yang wajib daripada yang
sunnah, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits qudsi berikut ini yang
artinya:
“Tidaklah hambaku mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan wajib hingga aku mencintainya” HR. Bukhari No. 6502
Dalam kesempatan lain, Sa’id bin Al Musayyib berkata mengenai puasa sepuluh hari di bulan Dzulhijjah, yang artinya:
“Tidaklah layak melakukkannya sampai memulainya terlebih dahulu dengan mengqodho’ puasa Ramadhan.” HR. Bukhari
Demikian
adalah hukum mendahulukan puasa Syawal daripada qadha’ puasa Ramadhan.
Semoga artikel ini bermanfaat untuk anda supaya mengetahui apa yang
harus dilakukan setelah Ramadhan berlalu.
0 komentar:
Posting Komentar