Shalat
tarawih adalah amalan sunnah yang dilakukan di bulan Ramadhan, tepatnya
di malam hari setelah pelaksanaan shalat Isya’. Menegakkan sunnah di
bulan Ramadhan adalah amalan yang baik. Bahkan orang yang menekakkan
malam bulan Ramadhan dengan dalill keimanan dan mengharapkan ridha Allah
akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Diriwayatkan oleh Abu
Hurairah dalam sebuah hadits bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
Tata
cara asal shalat sunnah pada malam hari, bisa shalat apapuns aja itu
adalah dua rakaat dalam sekali salam. Menurut keterangan dari Ibnu Umar
ra., seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam tentang bagaimana shalat malam itu, dan beliau menjawab:
« مَثْنىَ مَثْنىَ فَإِذَا خِفْتَ الصُّبْحَ فَأَوْتِرْ بِوَاحِدَةٍ »
“Dua rakaat – dua rakaat. Apabila kamu khawatir mendapati subuh, maka hendaklah kamu shalat witir satu rakaat.” HR. BukhariDalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar ra. yang lainnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
« صَلاَةُ اللَّيْلِ وَ النَّهَارِ رَكْعَتَانِ رَكْعَتَانِ »
“Shalat malam hari dan siang hari itu dua rakaat – dua rakaat.” HR Ibn Abi Syaibah
Jika
ada dalil lain yang lebih shahih dalam menjelaskan tentang tata cara
tersebut, maka kita mengikuti dalil yang shahih tersebut. Sedangkan
mengenai jumlah rakaat shalat malam, termasuk shalat tahajud, tarawih
dan witir yang dilakukan oleh Rasulullah tidak lebih dari 11 atau 13
rakaat. Selain itu, shalat tarawih juga dianjurkan untuk dilakukan
berjamaah di masjid karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
melakukannya demikian, meskipun hanya beberapa hari, sesuai dengan bunyi
hadits dibawah ini:
“Kami melaksanakan qiyamul lail bersama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada malam 23 Ramadhan sampai
sepertiga malam. Kemudian kami shalat lagi bersama beliau pada malam 25
Ramadhan sampai separuh malam. Kemudian beliau memimpin lagi pada malam
27 Ramadhan sampai kami menyangka tidak akan sempat mendapati sahur.” HR. Nasa’i, Ahmad, Al-HakimLalu ada pula hadits dari Abu Dzar ra., dia berkata bahwa:
Kami
puasa tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak memimpin kami
untuk melakukan shalat (tarawih) hingga Ramadhan tinggal tujuh hari
lagi, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengimami kami
shalat sampai lewat sepertiga malam. Kemudian beliau tidak keluar lagi
pada malam ke enam (tinggal 6 hari lagi – pent). Dan pada malam ke lima
(tinggal 5 hari – pent) beliau memimpin shalat lagi sampai lewat separuh
malam. Lalu kami berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, ‘Seandainya engkau menambah lagi untuk kami sisa malam kita
ini?’, maka beliau bersabda:
« مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتىَّ يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ »
“Barang siapa shalat tarawih bersama imam sampai selesai maka ditulis baginya shalat malam semalam suntuk.”
Kemudian
beliau tidak memimpin shalat lagi hingga Ramadhan tinggal tiga hari.
Maka beliau memimpin kami shalat pada malam ketiga. Beliau mengajak
keluarga dan istrinya. Beliau mengimami sampai kami khawatir tidak
mendapatkan falah. Saya (perowi) bertanya ‘apa itu falah?’ Dia (Abu
Dzar) berkata ‘sahur’. (HR. Nasa’i, Tirmidzi, Ibn Majah, Abu Daud,
Ahmad, Shahih)
Hadits ini secara
terang menyatakan bahwa shalat berjamaah bersama imam hingga selesai itu
adalah sama dengan shalat sendirian semalam suntuk. Hadits inilah juga
yang menjadi dalil dari anjuran untuk shalat malam berjamaah. Ditambah
lagi anjuran bagi perempuan untuk melakukan shalat tarawih secara
berjamaah, seperti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
mengajak istri beliau.
Demikian ulasan singkat kami, semoga bermanfaat.Sumber halaman klik disini
0 komentar:
Posting Komentar